Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Polisi Temukan Bendera ISIS di Gereja Santa Maria Surabaya

Videografer

Ishomuddin

Editor

Dwi Oktaviane

Rabu, 16 Mei 2018 16:53 WIB

Iklan

Aparat kepolisian menyita sejumlah barang bukti diduga milik pelaku usai peledakan bom di Gereja Katolik Paroki Santa Maria Tak Bercela, Surabaya, Jawa Timur, Ahad, 13 Mei 2018. Dua dari sejumlah barang bukti adalah bendera hitam khas ISIS dan sepeda motor. Sebagian sepeda motor jenis bebek tersebut sudah rusak dan hangus. Belum diketahui apakah bendera tersebut terlempar saat bom meledak sehingga masih utuh.

Sejumlah tokoh dan pemuka agama datang ke gereja setempat usai ledakan bom diantaranya Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang juga anggota Dewan Pengarah Pembinaan Ideologi Pancasila Romo Benny Susetyo, Ketua Pembinaan Ideologi Pancasila Jawa Timur Riyono, dan budayawan Ngatawi Al-Zastrow. Riyono mengatakan teroris telah menciderai nilai-nilai Pancasila. Ia menghimbau agar masyarakat sama-sama menjaga generasi muda dari pengaruh radikalisme.

Sepeda motor milik pelaku sempat diteliti petugas Laboratorium Forensik di salah satu ruangan di Gereja Santa Maria. Setelah dikumpulkan mulai pagi hingga malam, semua barang bukti tersebut dievakuasi ke luar dari gereja.  

Ahad, 13 Mei 2018, terjadi ledakan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya antara lain di Gereja Katolik Paroki Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, Gereka Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro, dan Gereja Pusat Pantekosta Surabaya (GPPS) Jalan Arjuno. Tiga bom bunuh diri itu dilakukan satu keluarga jaringan teroris Jemaah Anshorud Daulah (JAD) Surabaya.

Jurnalis Video: Ishomuddin

Editor: Dwi Oktaviane