Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Seribu Usaha Menjaga Hutan Solok Selatan

Videografer

Tony Hartawan

Editor

Ryan Maulana

Rabu, 26 Desember 2018 18:00 WIB

Iklan

Mengajak masyarakat agar melindungi Hutan tidaklah mudah. Meski begitu, ada lebih banyak warga Simancuang yang ingin hutannya lestari. Sebab mereka bergantung pada mata air di hutan nagari untuk mengairi sawah. Hampir semua area Simancuang, seluas 30 hektare, dikelilingi lereng gunung berhutan yang tingginya hingga ratusan meter.

Tingginya tekad warga menjaga hutan, Dinas Kehutanan Sumatera Barat mengajak Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi mendampingi masyarakat Simancuang. Warsi menilai warga Simancuang sangat bergantung pada hutan dan telah memiliki hukum adat untuk menjaga hutan. Atas alasan ini, Warsi bersama warga Simancuang mengajukan permohonan hutan desa atau nagari ke pemerintah daerah pada 2009.

Pada pertengahan Juli 2011, Kepala Desa Pauh Duo mengeluarkan surat keputusan pembentukan Lembaga Pengelola Hutan Nagari Simancuang, Kementerian Kehutanan selanjutnya  mengeluarkan surat keputusan penetapan hutan lindung di Jorong Simancuang seluas 650 hektare menjadi hutan nagari pada 2012.

Pundi Sumatera, LSM yang bergerak di bidang pengembangan usaha, ikut mendampingi kelompok tani Simancuang. Pundi Sumatera memberikan pelatihan ekonomi melalui koperasi. Pembentukan koperasi bertujuan meningkatkan nilai jual hasil alam warga nagari yang dihuni 110 keluarga.

Kerja keras warga Simancuang ini diapresiasi pemerintah pada dua tahun lalu berupa gelar juara pertama penghargaan kehutanan Wana Lestari dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Simancuang juga kerap menjadi tempat belajar perwakilan sejumlah negara, juga dari daerah lain di Indonesia, dalam mengelola hutan desa.

Reporter : Ali Hidayat
Fotografer : Tony Hartawan
Editor: Ryan Maulana