TEMPO.CO, Bandung : Museum Mandala Wangsit bersama dengan komunitas pencinta sejarah Historia Van Bandoeng menggelar peringatan Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA). Dengan menggunakan musik latar perang mereka memainkan teaterikal penyerangan Stafkwartier yang sekarang menjadi Museum Mandala Wangsit. Tragedi tembak menembak antara gerombolan APRA dan pasukan TNI pun tak terbendung lagi.Peristiwa yang terjadi pada 23 Januari 1950 di Bandung ini menewaskan 94 anggota TNI termasuk Letnan Kolonel Lembong dan ajudannya Letnan Leo Kailalo sampai di depan markasnya dan kemudian keluar dari mobilnya mereka langsung ditembaki oleh gerombolan APRA. Ketika mayatnya diketemukan kondisinya nyaris tidak dikenali lagi, akhirnya dapat diidentifikasi dengan surat yang terdapat dikantongnya.Kepala Pembinaan Mental (Bintal) Kodam III Siliwangi Kolonel Arhanud Hendromartono menjelaskan kegiatan tersebut bertujuan memberikan pembelajaran sejarah kepada masyarakat. Dengan kegiatan reka ulang sejarah pembelajaran sejarah menjadi lebih menarik. Sebelumnya mereka berjalan kaki melintasi tempat-tempat pembantaian APRA di sekitar lokasi. Menggunakan seragam dan senjata replika lengkap mereka memperagakan penembakan TNI di persimpangan Jalan Asia Afrika-Braga dan di jalan Braga. Videografer : Dicky Zulfikar NawazakiEditor : Dwi Oktaviane