Iklan
TEMPO.CO, Jakarta: Tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza beberapa hari terakhir telah menyedot perhatian dunia, termasuk juga di Indonesia. Seruan untuk penyelesaian konflik terus didengungkan oleh berbagai pihak. Salah satu usulan yang muncul adalah Two-States Solution yang sekarang ini gencar diserukan oleh Indonesia.Berkaitan dengan itu, Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menggelar diskusi yang bertajuk Mendorong Perdamaian di Gaza melalui Two-States Solution yang menghadirkan Harun Syaifullah Syafa (Kepala Seksi Politik dan Keamanan Ditjen Timur Tengah Kemenlu), Dr. Andriana Elizabeth (Peneliti LIPI) serta Mufti Makarim (Peneliti Kajian Timur Tengah CSO).Dr. Andriana melihat bahwa perdamaian antara Israel dan Palestina sulit untuk dicapai karena banyaknya kepentingan yang bermain di situ. Keberpihakan dari pihak-pihak di luar kedua negara yang berkonflik juga berperan terhadap sulitnya mencapai kata damai.Sementara itu, Mufti Makarim melihat bahwa Two-States Solution masih sulit dicapai, dikarenakan kedua pihak yang bersengketa memiliki pandangan awal yang berbeda untuk memulai dialog.Terkait dengan usulan Two-States Solution ini, Harun Syaifullah menyatakan bahwa Indonesia mengacu pada Resolusi PBB 242 tahun 1967. Namun untuk mencapai solusi ini ada beberapa kendala yang harus dihadapi, salah satunya adalah mengenai perbatasan wilayah kedua negara.Selebihnya, Harun menegaskan bahwa Indonesia akan terus mendorong terciptanya perdamaian di Gaza.Video Journalist: PUTRA RADITIA
Video Terkait
-
Mesir Kirim 200.000 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Jalur Gaza
18 Februari 2024
-
Israel Tarik Mundur Tentara di Jalur Gaza Utara
4 Februari 2024
Video Lainnya