Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ritual Memanah 800 Tahun di Kuil Kamakura

Videografer

Editor

Senin, 22 September 2014 08:21 WIB

Iklan
TEMPO.CO, Jepang : Sekitar 10 ribu pengunjung memadati Kuil Turugaoka Hachiman di Kamakura, selatan Tokyo, Selasa lalu (16 September), untuk menyaksikan tradisi memanah sambil berkuda yang biasa disebut "Yabusame." Tradisi ini dimulai pada abad 12 oleh Minamoto no Yoritomo, Shogun pertama di era Kamakura (1185-1333 M), yang prihatin akan lemahnya kemampuan samurainya dalam memanah. Data ini diambil dari situs Organisasi Turis Nasional Jepang.Pada periode tersebut Jepang dikuasai oleh penerus prajurit Shogun yang memindahkan ibukota dari Kyoto ke Kamakura.Selama 800 tahun, tradisi ini menawarkan korban ritual pada Hachiman, dewa panah dan perang, meski sekarang kegiatannya hanya untuk atraksi turis di kota pelabuhan Kamakura.Dengan kostum samurai tradisional dan yel-yel "in-yo, in-yo" (istilah 'kegelapan dan cahaya), para pemanah dari sekolah seni bela diri Ogasawara, satu dari dua sekolah panah berkuda ternama, menembak tiga sasaran kayu berukuran 54,54 cm sambil menunggang kuda.Pemandangan ini mengesankan penonton, seakan kembali ke masa lampau.Meski sebagian besar pemanah mendedikasikan diri untuk mengasah keterampilan mereka, namun beberapa tidak begitu beruntung. Pada era Kamakura, para samurai yang berpenampilan buruk akan diminta untuk melakukan seppuku atau ritual bunuh diri.Menurut pengelola kuil, pecahan sasaran biasanya digunakan untuk meramal, dan panah yang berhasil menemui sasaran, dipercayai sebagai jimat.Courtesy : Youtube/NTDTVRYAN MAULANA