Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenal Sindrom Munchausen, Suka Pura-Pura Sakit Agar Dapat Perhatian

Videografer

pixabay

Jumat, 20 Agustus 2021 21:57 WIB

Iklan

Berbohong dengan mengaku sedang sakit biasa dilakukan oleh seseorang jika ingin menghindari sesuatu yang ia tidak sukai. Namun ada pula yang berpura-pura sakit agar orang di sekitar peduli padanya. Gejala ini dinamakan sindrom munchausen.

Mengutip dari laman National Health Services (NHS), sindrom munchausen merupakan salah satu bentuk gangguan psikologis. Penderita sindrom ini biasanya berpura-pura sakit atau memalsukan gejala penyakit untuk mendapatkan perhatian.

Pengidap sindrom munchausen pun memiliki perilaku yang khas, yaitu berpura-pura memiliki gejala fisik, seperti mengaku menderita nyeri dada atau sakit perut. Bahkan, mereka terkadang nekat membuat dirinya sakit dan menyabotase tubuhnya sendiri.

Ciri lainnya, mereka berpura-pura memiliki gejala psikologis. Seperti mendengar suara atau melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada. Orang dengan sindrom ini akan tampak sangat meyakinkan.

Sindrom Munchausen dinamai setelah seorang bangsawan Jerman, Baron Munchausen menjadi terkenal karena menceritakan kisah-kisah liar yang tidak dapat dipercaya tentang eksploitasinya.

Mengutip dari laman Cleveland Clinic, sulit diketahui penyebab pasti seseorang terkena sindrom munchausen. Namun para peneliti percaya faktor psikoligis berperan dalam perkembangan sindrom ini pada seseorang seperti riwayat pelecehan, penelantaran, dan lainnya.

Perawatan utama untuk sindrom munchausen adalah konseling dengan psikiater. Perawatan akan fokus pada perubahan pemikiran dan perilaku.

Terapi keluarga di saat bersamaan bakal membantu menghilangkan sindrom munchausen ini. Terapi kelompok dapat mengurangi perasaan terisolasi atau perasaan bahwa tidak ada yang peduli.

Foto: Pixabay

Editor: Ridian Eka Saputra

Naskah: Tempo.co