Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Percepatan Digitalisasi sebagai Akses Penghubung Negeri

Videografer

Istimewa

Editor

Tempo.co - DS

Rabu, 8 Juni 2022 19:50 WIB

Iklan

INFO NASIONAL - Beberapa tahun terakhir, dunia tengah memasuki era digital.Teknologi maju dengan pesat sehingga informasi dapat tersampaikan dengan cepat. Fenomena yang dinamakan digitalisasi ini di satu sisi membawa keuntungan, salah satu yang terlihat jelas terdapat pada segi percepatan arus informasi.

Di Indonesia sendiri, digitalisasi terjadi seiring dengan banyaknya jumlah masyarakat yang aktif menggunakan internet. Terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019, persentase penduduk yang menggunakan telepon selular terus mengalami peningkatan hingga mencapai 63,53 persen dari total populasi.

Pertumbuhan penggunaan telepon selular ini diikuti pula oleh pertumbuhan akses internet dalam rumah tangga, meliputi 18,78 persen untuk kepemilikan komputer, serta 73,75 persen untuk kepemilikan akses internet.

Meski demikian, akses internet nyatanya tidak dimiliki oleh seluruh masyarakat Tanah Air. Terdapat beberapa wilayah di Indonesia yang masih belum memperoleh akses internet. Daerah-daerah tersebut diklasifikasikan ke dalam kelompok daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal).

Terdepan dan terluar artinya daerah-daerah tersebut jika dilihat dari sisi geografis, berada di wilayah terdepan dan terluar Indonesia. Sedangkan tertinggal berarti kualitas pembangunan di daerah-daerah tersebut masih rendah, yang berdampak pada kualitas masyarakatnya yang masih belum bisa bersaing dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional.

Berdasarkan Perpres No. 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah Tertinggal 2020-2024, terdapat 62 kabupaten yang masuk ke dalam kategori daerah 3T, di antaranya yakni Nias (Sumatera Utara), Kepulauan Mentawai (Sumatera Barat), Musi Rawas Utara (Sumatera Selatan), Lombok Utara (Nusa Tenggara Barat), Sumba Tengah dan Alor (Nusa Tenggara Timur), Donggala (Sulawesi Tengah), Pulau Talibau (Maluku Utara), Nabire dan Asmat (Papua), serta Teluk Wondoma dan Pegunungan Arfak (Papua Barat).

Terkait hal ini, Lintasarta selaku perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang penyedia jasa komunikasi data, internet, dan IT services ikut berkontribusi dalam mewujudkan program digitalisasi hingga ke pelosok negeri, salah satunya Provinsi Papua dan Papua Barat.

Perjuangan Tim Teknis Lintasarta demi pemerataan akses internet di Provinsi Papua dan Papua Barat tidaklah mulus. Prosesnya justru panjang dan melalui berbagai rintangan. Namun itu semua dilakukan agar nantinya akses internet bisa dimanfaatkan oleh warga setempat dalam kehidupan sehari-hari.

“Kita juga ingin ada pemerataan akses internet ke seluruh Indonesia. Lintasarta sebagai perusahaan yang melayani telekomunikasi juga berkepentingan bahwa kemajuan digitalisasi di Indonesia itu juga diperlukan sehingga di mana pun kita harus bisa membuka suatu akses (internet),” kata Presiden Direktur Lintasarta, Arya Damar.

Dengan majunya akses internet, masyarakat yang berada di wilayah terluar Indonesia diharapkan lebih mudah mendapatkan informasi, sehingga kualitas masyarakat akan meningkat pula nantinya.

“Ini kebanggaan buat kami dan teman-teman semua, bahwa kita bisa membuka akses internet, membantu pemerintah di titik-titik tersebut. Saya pikir jika nantinya pembangunan infrastruktur telekomunikasi sudah lebih merata, mungkin kita akan jauh lebih maju lagi,” lanjut Arya.

Di sisi lain, Mochti Siswoyo selaku Area Representative Lintasarta Sorong mengaku bangga dengan apa yang dilakukan oleh Lintasarta dalam membantu pengadaan akses internet di wilayah Sorong.

“Secara pribadi, sangat bangga. Kita meng-online-kan satu daerah yang betul-betul tertinggal, dan kita bisa menghadirkan suasana baru di kampung atau daerah tersebut dengan adanya internet. Yang tadinya belum tahu dunia luar, yang tadinya komunikasi harus keluar dulu cari (sinyal), nah kita dapatkan di situ. Itu satu kebanggaan tersendiri bagi kami, pekerja telekomunikasi,” ujar Mochti.(*)