Iklan
TEMPO.CO, Solok: Triticum sativum atau yang lebih kita kenal dengan gandum merupakan tanaman padi-padian yang hidup di iklim subtropis. Tetapi saat ini Universitas Andalas, Sumatera Barat, sudah melakukan penelitian dan pengembangan gandum di Indonesia yang memiliki iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi. Sejak 2011 Fakultas Pertanian Universitas Andalas sudah mengembangkan gandum seluas tiga hektare di dataran tinggi nagari Alahan Panjang Kabupaten Solok Sumatera Barat. Pengembangan ini hasil kerja sama antara Universitas Andalas dan Osivo, perusahaan benih dari Slovakia. Tanaman subtropis tersebut dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi nagari Alahan Panjang yang berketinggian 1.620 meter di atas permukaan laut. Pengembangan gandum di Indonesia terkendala oleh curah hujan yang tinggi dan tersedianya benih. Pengembangan gandum di Indonesia sangat penting karena Indonesia menjadi negara pengimpor gandum terbesar di Asia Tenggara dengan impor sebesar 7,5 ton per tahun.Menurut Ketua Tim Gandum Universitas Andalas, Indonesia punya cukup potensi karena bisa menghasilkan gandum 3 hingga 5 ton per hektare. Sedangkan di negara asalnya, gandum bisa mencapai 8 ton per hektare. Pengembangan gandum layaknya menanam padi di lahan kering, tumbuhnya mudah dan tidak mudah terserang hama penyakit sehingga biaya perawatannya tidak mahal. Tanaman gandum sendiri siap dipanen dalam waktu tiga bulan. Tujuan pengembangan ini ingin mensosialisasi bahwa tanaman gandum juga dapat ditanam di Indonesia dan agar para petani tahu tanaman gandum. Hasil panen ladang gandum Universitas Andalas sebagian dijadikan bibit dan sebagian diolah menjadi roti dan bubur gandum.Jurnalis Video: FebriantiEditor/Narator: Ridian Eka Saputra
Video Terkait
-
Fenomena Alam Gurun di Kuwait Ditumbuhi Vegetasi
29 Januari 2023
-
Mahasiswa Asal Jember Ciptakan Alat Semprot Pertanian Tenaga Surya
22 September 2022
-
Rumah Kaca Cerdas, Bisa Pantau Pertanian Secara Online dari Jarak Jauh
19 September 2022
Video Lainnya