Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Batik Motif Hijaiyah, Pilihan Baju Untuk Lebaran

Videografer

Editor

Rabu, 8 Juli 2015 13:31 WIB

Iklan
TEMPO.CO, Semarang : Motif Batik Nusantara lebih mengenal alam lingkungan sebagai sumber ide kreatif pembuatan motif. Namun di Plamongansari, Semarang, sejumlah penyanting batik sedang memproduksi Batik Hijaiyah, yaitu batik tulis dengan motif huruf Hijaiyah atau huruf arab. Menjelang lebaran produksi batik ini meningkat.Perajin batik tulis Sri Asih di Plamongansari, Semarang sedang mengeblok kain batik yang telah usai dicanting. Perajin yang rata rata perempuan ini sedang memproduksi kain batik pesanan. Proses ini menggunakan bahan malam yang dicairkan untuk menutup kain pada saat pewarnaan. Detail huruf Hijaiyah nampak sekali menonjol pada motif kain. Selain batik tulis, Batik Sri Asih juga memproduksi batik cap. Prosesnya hampir sama dengan tulis, cap hanya menggantikan proses nyanting saja. Proses pewarnaan selanjutnya sama dengan batik tulis. Pekerja menggunakan bak dari kayu untuk meratakan proses pewarnaan. Karakter batik Semarang maupun Pantura memiliki warna lebih terang dibanding batik Yogjakarta maupun Solo. Penjemuran merupakan proses akhir pembuatan Batik Hijaiyah. Kain batik tidak boleh dijemur langsung dibawah matahari. Untuk melihat koleksi baju Batik Hijaiyah, Batik Sri Asih memajang beberapa baju batik untuk Pria maupun wanita di Sanggarnya. Menurut Suswahyuni pemilik Batik Sri Asih Semarang keunggulan batik Sri Asih adalah pada Batik Hijaiyah, batik ini diburu para penggemar batik. Batik Hijaiyah dibuat karena domisili batik ini di Semarang Timur, dimana image masyarakatnya sangat religious. Banyaknya pondok pesantren, sekolah muslim, dan lain sebagainya. Jurnalis Video : Budi Purwanto Editor/Narator : Dwi OktavianeMusik Ilustrasi : "Feast for the Senses full mix", JewelBeat