Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dolar Naik, Begini Nasib Perajin Gitar Rumahan

Videografer

Editor

Senin, 31 Agustus 2015 16:54 WIB

Iklan
TEMPO.CO, Bandung:Kenaikan nilai dolar terhadap rupiah yang kini menembus angka mencapai Rp 14 ribu berpengaruh pada perajin alat musik rumahan di Kota Bandung.Salah satunya adalah bengkel gitar milik Joko Waluyo di Jalan Cigadung Timur, Gang Sekemirung, Bandung. Pasalnya bengkel berlabel JW Guitar ini menggunakan bahan baku impor terutama spare part dan kayu.Kayu yang digunakan pun beragam seperti maple, alder dan ash. Ia menggunakan spare part impor karena permintaan konsumennya.Sejak kenaikan tersebut Joko mengaku menghambat produksi.Ia harus menunggu dolar turun agar harga jual tetap stabil. Saat ini jenis kayu maple dari Kanada dibeli dengan harga Rp 36 juta per kubik. Biasanya digunakan untuk 200 neck gitar. Untuk bahan body adler dan ash per unit ukuran 40x50 cm sekitar 500 ribu rupiah. Untuk sparepart naik hingga 30%.Menurut Joko penggunaan kayu lokal seperti kayu eboni, rosewood atau sonokeling, mahoni dan suren, tidak jauh berbeda secara kualitas dan kenyamanannya. Bahkan ia menambahkan harga pun dapat berkurang hingga 50 persen.Usaha ini sudah bergerak dari tahun 2000, dengan konsentrasi pada reparasi dan custom guitar elektrik dan akustik. Musisi seperti Rico Mocca, Azka Rocket Rockers, Rekti The Sigit, dan sejumlah musisi asal Bandung lainnya menjadi pelanggan di JW Guitar ini. Saat ini ia menjual dengan harga yang disesuaikan dengan bahan tersebut.Jurnalis Video: Dicky Zulfikar NawazakiEditor: Denny SugihartoNarator: Yunia Pratiwi