Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Begini Prosesi Tawur Agung Kesanga di Candi Prambanan

Videografer

Editor

Selasa, 8 Maret 2016 21:55 WIB

Iklan
TEMPO.CO, Yogyakarta: Ribuan umat Hindu di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah melakukan prosesi Tawur Agung Kesanga di Kompleks Candi Prambanan, Selasa siang. Dalam prosesi tersebut diawali dengan ritual Medhak Tirta dan Pradaksina, yakni dengan berjalan mengelilingi Candi Siwa, Brahma, dan Wisnu, sembari melantunkan doa-doa.Jalannya prosesi ritual Medhak Tirta dan Pradaksina kali ini dilakukan di dalam Candi Wisnu, yang dipimpin langsung oleh Pedande asal Salatiga, Jawa Tengah, yakni Romo Wisnu Satya Darma Telaga, Medhak Tirta sebagai ritual paling awal yang dilakukan merupakan ritual membuat atau meminta tirta suci yang digunakan untuk melangsungkan panglukat atau penyucian.Panglukatan sendiri merupakan penyucian untuk benda-benda mati seperti peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam prosesi Tawur Agung Kesanga. Romo Wisnu mengatakan inti prosesi Tawur Agung Kesanga ada pada prosesi Medhak Tirta dan Pradaksina dengan mengelilingi Candi Siwa, Brahma, dan Wisnu, sebanyak tiga kali serta sembahyangan. Wisnu Satya mengatakan Tawur Agung Kesanga merupakan ritual penyucian alam semesta.Sesudah Tawur Agung kemudian dilakukan penyucian pribadi, yakni Nyepi. Semua ritual penyucian tersebut merupakan ritual menyambut Tahun Baru Saka, agar pada Tahun Baru nanti diberi kedamaian, ketenteraman, dan kesejahteraan. Sementara itu terkait Hari Nyepi yang bersamaan dengan Gerhana Matahari Total, Romo Wisnu mengatakan tidak ada doa khusus yang dilakukan.Walau demikian, pada saat gerhana matahari total itu, umat Hindhu tetap melakukan sembahyangan, sebagaimana sembahyangan rutin. Dalam Hindu, kata Romo Wisnu, sembahyangan memang dilakukan pada saat-saat pergantian waktu seperti menjelang pagi, siang, sore, atau malam. Terlebih nanti pada saat terjadi gerhana matahari sebagai saat pergantian waktu.Pada acara prosesi sembahyangan Tawur Agung Kesanga tersebut turut hadir pula sejumlah pejabat seperti Menteri Agama, Lukman Hakim Syaifudin, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Anak Agung Puspayoga, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan sejumlah perwakilan dari kedinasan serta tokoh agama Hindu Jawa dan Bali.Nyepi tahun ini sendiri mengusung tema Keberagaman Perekat Persatuan. Tawur Agung Kesanga menjadi puncak peringatan jelang Nyepi Tahun Baru Saka 1938, lalu ditutup dengan pementasan Ogoh-ogoh berupa sesosok raksasa membawa gergaji mesin dan gunungan hasil bumi. Sesudah pementasan Ogoh-ogoh, sembahyang puncak Tawur Agung Kesanga dilakukan bersama ribuan umat Hindu. Seluruh rangkaian ritual Tawur Agung Kesanga diakhiri dengan memercikan air suci kepada seluruh Umat Hindhu di Candi Prambanan.Dengan rangkain acara tersebut, umat Hindu diharapkan mampu menggali nilai-nilai Nyepi sebagai sumber inspirasi untuk memelihara keberagaman sehingga bisa terwujud kedamaian dan kerukunan di tengah kehidupan bermasyarakat.Jurnalis Video: Hand Wahyu (Yogyakarta)Editor dan Narator: Ngarto Februana