TEMPO.CO, Ponorogo: Gerhana matahari mempunyai daya tarik tersendiri bagi warga. Tak terkecuali bagi mereka yang tinggal di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Puluhan di antara mereka memadati observatorium Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) setempat untuk menyaksikan fenomena alam yang terjadi setiap 33 tahun tersebut.Untuk melihat gerhana, sebagian di antara mereka memakai kacamata yang mampu memfilter sinar matahari. Alat lain yang digunakan adalah teropong yang disediakan pihak kampus di lantai V salah satu gedung. Dari situlah warga bisa mengetahui pergerakan matahari nyaris tertutup bulan selama dua jam.Novi Fitia Maliha, Dosen Ilmu Falak Jurusan Syariah, STAIN Ponorogo, mengatakan pergeseran matahari dapat terlihat jelas karena cuaca cukup cerah. Hal inilah yang memuaskan pihak kampus sehingga mampu merekamnya dengan baik.Cuaca yang cerah, menurut Novi, mampu menghilangkan kekhawatiran pihak kampus tentang kegagalan pengamatan yang dilakukan. Apalagi beberapa peneliti di sejumlah daerah di Jawa Timur dikabarkan tak mampu melakukan pengamatan secara maksimal karena cuaca mendung.Siti Noor Aini, salah satu warga, mengaku sengaja datang ke observatarium STAIN Ponorogo untuk menyaksikan langsung gerhana matahari. Menurut dia, gerhana matahari kali ini berbeda pada tahun 1983 yang kala itu mayoritas warga bersembunyi di dalam rumah. Warga takut jika sinar matahari mengakibatkan kebutaan mata.Gerhana matahari saat ini, menurut dia, mayoritas warga justru ingin melihat dan mengabadikan fenomena alam tersebut dengan menggunakan kamera pada telepon genggam. Jurnalis Video: Nofika Dian NugrohoEditor dan Narator: Ngarto Februana