Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pawai Ogoh-Ogoh di Kota Lama Ini Jadi Tontonan Warga

Videografer

Editor

Kamis, 31 Maret 2016 12:07 WIB

Iklan
TEMPO.CO, Semarang : Pawai budaya yang mengusung tradisi perarakan ogoh-ogoh masyarakat Bali menjadi tontonan warga kota Semarang. Empat ogoh-ogoh yang masing-masing memiliki karakter dan sifat sendiri-sendiri diarak keliling kawasan Kota Lama Semarang. Memang pawai ogoh-ogoh ini bukan untuk menetralisir kekuatan negatif seperti yang digelar menjelang hari raya Nyepi di Bali. Kehadiran ogoh-ogoh disini untuk menghidupkan potensi wisata Kota Lama Semarang dengan memunculkan kesenian daerah kota Semarang. Pawai ogoh-ogoh ini diawali kemunculan para penari Bali yang berlangsung di depan Gereja Blenduk Kota Lama. Masyarakat maupun wisatawan diajak menonton kombinasi latar gedung tua dan tradisi masyarakat Bali. Dari 4 ogoh-ogoh yang bersifat jahat, kejam dan bengis terwakili oleh kehadiran Celuluk dan Butakala. Sebaliknya yang bersifat baik terwakili oleh Hiranyakasipu dan Krisna. Keempat ogoh-ogoh ini dipesan langsung dari Bali. I Nengah Wirta Darmayana, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Semarang mengatakan dengan berbagai kesenian yang ada diharapkan bisa memantik pelaku seni yang ada di kota Semarang untuk lebih kreatif dan inovatif memproduksi kesenian-kesenian baru. Kesenian baru tersebutlah yang mendongkrak potensi pariwisata di kota Semarang.Penonton yang memadati Kotalama ini rata rata penasaran dengan ogoh-ogoh, perwujudan Butakala yang tinggi besar ini harus diusung oleh personil TNI Penerbad. Rombongan pemain musik Baleganjur, gamelan tradisional Bali melengkapi pawai ogoh-ogoh. Selain ogoh-ogoh pawai budaya juga menampilkan gunungan hasil bumi dan rombongan kuda kepang. Jurnalis Video : Budi PurwantoEditor/Narator : Ryan Maulana