Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bangunan Tanpa Kubah, Masjid Jami' Annawier

Videografer

Editor

Jumat, 10 Agustus 2012 15:53 WIB

Iklan
TEMPO.CO, Jakarta: Di Jakarta Barat ada sebuah kampung komunitas arab yang merupakan salah satu komunitas terbesar pada masa pemerintahan VOC tahun 1844 silam. Daerah tersebut dikenal dengan sebutan Pekojan, menurut literatur berasal dari kata 'Khoja' atau 'Kaja' yang berasal dari suatu nama daerah di India yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai pedagang dan beragama Islam, mereka juga menyebarkan agama Islam di daerah mereka berdagang.Selain terkenal dengan kampung arabnya, daerah Pekojan memiliki sebuah masjid bergaya eropa yang dibangun oleh seorang pedagang muslim dari Makassar bernama Daeng Usman bin Rohaili, dan masjid tersebut dinamakan Masjid Jami'-Annawier.Masjid Jami' Annawier pertama kali berbentuk panggung dengan menggunakan kontruksi berupa bambu dan kayu. pada tahun 1850 pertama kali masjid ini diperluas dari 500 meter persegi menjadi 1.250 meter persegi oleh komandan laskar kesultanan Banten yaitu komandan Dahlan. Kemudian pada tahun 1926 sampai 1928 Sayid Abdullah Husein Alaydrus merenovasi kembali masjid Jami Annawier.Ajaran agama Islam bisa tercermin dari berbagai interior maupun eksterior dari masjid Jami Annawier. Masjid ini mampu menampung hampir 2.000 jamaah. dibagian imam terdapat mihrab, mimbar, dan Ghurfah. Bentuk atap mihrab memperlihatkan pengaruh Eropa dan Arab, dengan adanya panel segitiga yang didalamnya terdapat hiasan bulan bintang dan kalimat syahadat. Mimbar seperti singgasana dengan kakinya yang lebih tinggi sehingga jamaah yang belakang bisa melihat dengan jelas. Di dinding mimbar terdapat inskripsi Arab yang merupakan syair nasihat yang terdapat tahun pembuatannya 1316 H atau 1896 M. Di sebelah kanan mimbar terdapat Ghurfah sebagai tempat imam atau khotib menunggu sebelum memberi ceramah.Ada beberapa hal yang menjadikan masjid Jami Annawier memiliki keunikan tersendiri, seperti halnya denah ruang utamanya yang berbentuk huruf L, tidak memiliki kubah layaknya masjid lain dan yang paling unik adalah menara masjid yang menyatu dengan bangunan utama masjid.Selayaknya masjid-masjid kuno yang lainnya, disekitar masjid bisa kita jumpai beberapa makam, salah satunya pendiri pertama masjid Jami Annawier Daeng Usman bin Rohaili.Video Journalist : DENNY SUGIHARTO | DWI OKTAVIANE