Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kehidupan Khas Suku Baduy

Videografer

Editor

Rabu, 26 September 2012 00:00 WIB

Iklan
TEMPO.CO, Banten : Ini adalah lembah dan bukit yang berada di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Provinsi Banten. Disitulah suku Baduy tinggal, sebuah suku yang menutup diri dari pengaruh dunia luar dan secara ketat menjaga cara hidup mereka yang tradisional.Orang Baduy yang bisa kita jumpai di daerah ini lebih senang disebut Urang Kanekes, sesuai dengan nama wilayah yang mereka tinggali. Di kawasan ini terbagi 2 wilayah, yaitu Baduy dalam dan Baduy luar. Keduanya sama-sama tidak pernah beralas kaki, tapi yang paling mudah untuk membedakan mereka adalah ikat kepala suku Baduy dalam berwarna putih sedangkan suku Baduy luar berwarna hitam atau biru.Kali ini tim Tempo bersama komunitas Petualang Tanah Air (PETA) mengunjungi pemukiman Baduy dalam di desa Cibeo yang jaraknya kurang lebih 14 KM dari desa Ciboleger dengan menelusuri jalur barat. Saat memasuki daerah Baduy luar, desa terdekat dengan desa Ciboleger, sepintas sudah terlihat kegiatan mereka seperti menenun kain, dan berjualan cenderamata khas Baduy. Rumah-rumah mereka terbuat dari kayu dan bambu yang sudah menggunakan alat-alat petukangan dan paku. Setiap kampung selalu memiliki lumbung sendiri-sendiri sebagai tempat menyimpan padi hasil panen.Kemarau panjang yang melanda daerah Baduy dan hampir 4 bulan terakhir ini tak kunjung turun hujan, membuat warga Baduy tidak bisa menanam padi di ladang. Kalaupun mereka pergi ke ladang, hanya membersihkan rumput dan menanam umbi-umbian. Kemarau yang panjang ternyata tidak menyurutkan air di sebuah danau yang berada di kawasan Baduy luar, masyarakat sekitar menyebutnya danau Dandang Ageung.Menjelang malam kami pun menginap di kampung Cibeo, Baduy dalam. Keesokan harinya perjalanan pulang melewati jalur timur. Disepanjang perjalanan kita bisa melihat jembatan bambu penghubung antara Baduy dalam dan Baduy luar. Disana juga terdapat jembatan akar yang sudah tidak difungsikan lagi. Melihat pemandangan nan asri ditambah aliran sungai Ciujung yang deras dan jembatan Gajeboh yang kokoh, kian menambah suasana alam khas Baduy.Video Journalist : DENNY SUGIHARTO | DWI OKTAVIANE