Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gereja Katedral Elegan dan Bergaya Neo Gotik

Videografer

Editor

Jumat, 31 Agustus 2012 17:31 WIB

Iklan
TEMPO.CO, Jakarta: Banyak kita jumpai bangunan yang memiliki nilai sejarah tersebar di Jakarta, tapi ada salah satu bangunan yang sejak awal dibangun hingga sekarang memiliki fungsi yang sama, yaitu gereja Katedral. Gereja yang pernah terhenti pembangunannya ini terletak di Jl. Katedral No. 7 B, Kelurahan Pasar Baru, Jakarta Pusat.Pada masa kepemimpinan Komisaris Jenderal Leonardus Petrus Josephus Burggraaf Du Bus de Ghisignies 1825-1830, mengusahakan mendirikan gereja baru diatas tanah bekas kediaman panglima tentara Jenderal de Kock di Lapangan Banteng (dulu Waterlooplein). pada tanggal 6 November 1829 diberkati oleh Monseigneur Prinsen dan diberi nama Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga.Pada 9 April 1890 bangunan gereja katedral runtuh dikarenakan beberapa bagian bangunan mengalami kerusakan. Pastor Antonius Dijkmans, SJ seorang ahli bangunan, ditunjuk menjadi perencana dan arsitek pembangunan gereja katedral. Pada pertengahan tahun 1891 mulai dilakukan peletakan batu pertama, kurang lebih setahun berjalan pembangunan terpaksa dihentikan karena kurangnya biaya. Kemudian dilanjutkan oleh Insinyur M.J. Hulswit yang memulai pembangunan tahun 1899 hingga 1901.Gereja dengan gaya neo-gotik, yang mampu menampung lebih dari 800 jemaat ini diresmikan pada tanggal 21 April 1901 dan diresmikan oleh Edmundus Sybrandus Luypen.Tampak depan gereja ini sudah memperlihatkan kemegahan dengan dua menara yang diatasnya terdapat lonceng. Ketika memasuki dalam gereja, suasana klasik langsung kita rasakan dengan ornamen-ornamen yang berusia ratusan tahun.Di setiap dinding terdapat lukisan jalan salib, lalu pada deretan bangku umat terdapat mimbar pengkothbah yang dipasang pada tahun 1905, Kursi kayu peninggalan tahun 1880 masih terlihat kuat, pilar yang kokoh berbaris di kedua sisi menyangga atap membentuk lorong. Langit-langit terbuat dari kayu jati untuk mengantisipasi gempa bumi, dan bukan dari batu sebagaimana lazimnya. Altar berbentuk tiga buah setengah bundaran. Bagian tengah merupakan Altar Utama, bagian kiri adalah Altar Maria dan bagian kanan adalah Altar Santo Yosep. Pada pilar sebelah kiri terdapat patung Ignatius de Loyola dan sebelah kanan terdapat patung Santo Fransiscus Xaverius. Berada di ruangan sayap kanan terdapat Orgel buatan perusahaan Verschueren, Belgia dan dibawa ke Jakarta pada tahun 1988.Di dalam gereja terdapat balkon yang dahulunya untuk paduan suara. Sekarang tempat ini difungsikan sebagai museum katedral.Video Journalist : DENNY SUGIHARTO | DWI OKTAVIANE