TEMPO.CO, Jakarta:Tradisi Berbagi Istri di Ketinggian Gunung Himalaya Perkawinan merupakan ikatan sosial yang membentuk hubungan kekerabatan dan juga merupakan pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan antar individu. Perkawinan pada umumnya di jalani oleh satu pasangan dengan satu pria dan satu wanita, lain halnya dengan yang terjadi di ketinggian Gunung Himalaya, tradisi poliandri yang sudah ada pada zaman dahulu di kawasan Dolpa atas, masih tersisa hingga saat ini. Kakak dan adik bersamaan menikahi satu perempuan bernama Tashi Sangmo. Saat Tashi Sangmo berusia 17 tahun, ia menikahi tetangganya yang berusia 14 tahun di sebuah desa terpencil di Nepal. Dan sebagai bagian dari perjanjian tersebut, ia juga harus menikahi adik suami yang dinikahinya. Praktik poliandri di beberapa desa terisolasi di Nepal dan sudah berlangsung ratusan tahun lamanya. Kini mereka bertiga memiliki tiga anak laki-laki berusia delapan, enam, dan empat tahun. Tak seperti pria-pria lain dalam pernikahan Hindu Nepal yang konservatif, para suami di pernikahan poliandri biasanya juga membantu tugas-tugas rumah tangga seperti membantu memasak dan merawat anak, sementara sang istri mengurusi keuangan sehari hari. Kurang lebih 80 persen rumah tangga melakukan praktik poliandri pada satu generasi lalu, jumlahnya kini turun hanya satu banding lima atau dapat dipresentasekan sekitar 20 persen, dan akan hilang dalam dua generasi. Akan tetapi, kini praktik poliandri ini mulai menghilang seiring dengan berkembangnya zaman. courtesy : youtube