Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

8 TKI yang Membalik Nasib

Videografer

Editor

Kamis, 4 Mei 2017 14:56 WIB

Iklan
TEMPO.CO, Jakarta: Dari sekitar dua juta orang Indonesia yang bekerja di negeri orang, kabar yang hampir setiap saat kita dengar adalah tentang serangkaian nasib buruk. Tapi tak semua orang yang bekerja di tanah seberang mesti selalu berakhir nestapaDwi Tantri sudah hampir sepuluh tahun bekerja di Taiwan. Ia menjadi tempat mengadu ribuan ABK Indonesia. Setengah gajinya dihabiskan untuk membantu TKI yang terkena masalah, mulai dari masalah kontrak diputus hingga diperlakukan tak adil di pabrik.Budi Firmansyah bertahun-tahun menjadi anak buah kapal sebelum dipercaya sebagai manajer di sebuah perusahaan Jepang. Ia adalah orang yang dicari buruh migran Indonesia jika mereka apes: dari berurusan dengan polisi lokal sampai berkonflik dengan warga setempat.Siti Badriyah pernah menjadi TKI di Malaysia dan tak digaji selama 9 bulan setelah ditipu agen. Bergabung dengan LSM Migrant Care, ia sekarang aktif memperjuangkan perbaikan nasib TKI sampai ke SenayanSetelah kios kelontongnya terbakar, Siti Mariyam Ghozali bekerja di Hong Kong dan Taiwan untuk melunasi hutang dan membiayai 6 anaknya. Sekarang Mariyam sudah menerbitkan sembilan novel dan mengelola perpustakaan rakyat di Wonosobo, Jawa Tengah.Baiq Nurhasanah bekerja di Arab Saudi selama 7 tahun. Ketika pulang, ia aktif menjadi kader kesehatan dan pendamping TKI. Sekarang Nurhasanah menjadi anggota DPRD di Lombok Timur.Lahir dari keluarga tak mampu di Ciamis, Jawa Barat, Heni Sri Sundani jadi pengasuh bayi di Hong Kong. Ia menabung gajinya untuk membayar biaya universitas. Enam tahun jadi TKI, pulang-pulang Heni sudah sarjana.Sutriyana dulu adalah operator mesin di perusahaan pembuat kemasan plastik di Selangor, Malaysia. Sekembalinya ke Kulon Progo, Yogyakarta, dia membangun pabrik yang menghidupi ribuan petani di kampungnya. Yusuf sempat mengalami kecelakaan kerja yang nyaris membuatnya kehilangan tangan di Brunei Darussalam. Sekarang mantan TKI itu memiliki pabrik tenun akar wangi, keterampilan asli penduduk desanya di wilayah Garut. Sumber: Majalah Tempo Edisi 1-7 Mei 2017Produser: Sadika HamidEditor: Andy



TKI