Iklan
TEMPO.CO, Jakarta: Saat bisnis batu bara di Kalimantan Timur surut, puluhan perusahaan meninggalkan ratusan lubang tambang raksasa bekas galian emas hitam, membuat sekujur permukaan wilayah itu penuh bopeng. Lima tahun terakhir, sedikitnya 17 lubang bekas tambang memakan korban 27 orang tewas tenggelam.Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Timur menengarai ada 632 void atau lubang bekas tambang perusahaan batu bara yang tak diuruk lagi. Sebagian perusahaan berdalih bahwa void itu tak dipulihkan karena dimanfaatkan oleh masyarakat.Air dari bekas tambang pernah menyebabkan puluhan orang di Desa Jonggon terserang diare. Pada musim kemarau 2015, penduduk Desa Jonggon mengalami kesulitan air bersih. Mereka kemudian menggunakan air lubang bekas tambang PT Multi Harapan Utama di desanya untuk keperluan sehari-hari. Akibatnya, sekitar 50 warga desa menderita diare. Angka tersebut masuk kategori kejadian luar biasa.Tempo berupaya meminta klarifikasi mengenai lubang tambang ke PT Multi Harapan Utama. Didatangi ke kantornya di Jalan T.B. Simatupang, Jakarta Selatan, pada Desember dan Januari lalu, Presiden Direktur PT Multi Harapan Utama, Boedi Santoso, tak berhasil ditemui. Seorang perempuan bernama Heni yang mengaku sebagai asisten Boedi mengatakan bosnya tak ada di tempat. Permohonan wawancara yang diajukan lewat surat juga tak berbalas.Sumber: Investigasi Majalah Tempo Edisi 8-14 Mei 2017Videografer: Tommy Apriando, Mustakim. Produser: Sadika HamidEditor: Andy
Video Terkait
-
Perusahaan Tambang Cemari Sungai Kedutaan Jepang Didemo
8 September 2017
Video Lainnya