Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Melongok Museum para Jenius

Videografer

Editor

Senin, 22 Mei 2017 21:24 WIB

Iklan
TEMPO.CO, Jakarta: Berkunjung ke Stockholm, Swedia, rasanya tak lengkap jika tidak menyambangi Museum Nobel. Museum ini berada tak jauh dari Royal Palace atau Istana Kerajaan Swedia. Masih di Gamla Stan, museum ini jadi salah satu tujuan favorit wisatawan.Di Museum Nobel ini tersimpan berbagai memorabilia dan pernak-pernik terkait penghargaan yang diwasiatkan oleh seorang jenius dan industrialis tajir dari Stockholm, Alfred Nobel. Pria kelahiran 21 Oktober 1833 ini merupakan seorang penemu dinamit. Ia kemudian terkejut setelah temuannya itu digunakan untuk merusak.Pada 1895, Alfred Nobel menulis sebuah testamen atau surat wasiat yang berisi pesan bahwa dia mewariskan seluruh kekayaannya sebagai hadiah terkenal untuk pencapaian hebat yang dilakukan manusia. Penghargaan yang kemudian disebut Nobel itu mulai dilakukan pada 1901 untuk bidang-bidang sastra, perdamaian, kimia, kedokteran, dan fisika.Wasiat Nobel yang pertama kali dipamerkan pada Maret 2015 itu sekarang tampak dipajang di salah satu sudut museum. Selain itu ada pula sejarah bagaimana sebuah penghargaan Nobel itu diberikan. Alfred Nobel dikabarkan meninggalkan kekayaannya sebesar 2 miliar kronor atau sekitar Rp 3,1 triliun untuk kemudian didekasikan bagi para peraih Nobel.Pemandu yang menemani kami kemudian menunjukkan beberapa tempat penting di museum itu. Seperti halnya kertas-kertas bergambar para penerima Nobel yang terpampang di atas museum itu. Kertas-kertas itu terlihat berputar mengitari museum. Kebetulan saat Tempo melihat ke atas, ada nama yang familiar dengan Indonesia, yaitu Jose Ramos Horta.Horta adalah adalah mantan Presiden Timor Leste yang menerima Penghargaan Nobel Perdamaian pada 1996. Kemudian pemandu mengajak kami ke beberapa ruangan. Salah satu yang menarik adalah ruangan yang berisi pernak-pernik yang digunakan untuk jamuan makan penghargaan Nobel. Beberapa peralatan makan yang dibuat khusus untuk penghargaan ini terlihat sangat indah.Terakhir pemandu memperlihatkan bangku-bangku yang bertuliskan nama-nama para penerima penghargaan Nobel. Setiap penerima anugerah Nobel, dipersilakan menandatangani kursi makan ini, kata sang pemandu. Salah satu yang diperlihatkan adalah tanda tangan penerima Nobel di bidang Kimia pada 2016 yaitu Jean-Pierre Sauvage, Sir Fraser Stoddart, dan Bernard Feringa. Kursi-kursi ini setiap hari digunakan untuk tempat duduk di restoran Bistro Nobel yang ada di dalam museum. Setiap kita duduk di sana, kita menduduki kursi yang ditandatangani penerima Nobel, ujar sang pemandu.Jurnalis Video: Juli HantoroEditor: Maria Fransisca