TEMPO.CO, Madiun: Cincau hitam merupakan salah satu komoditas yang banyak diburu selama bulan Ramadan. Cincau biasanya di buat untuk makanan berbuka puasa.Salah satu produsen pembuat cincau hitam di Desa Jatisari, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, kasih, meningkat meningkat drastis. Permintaan cincaunya pada hari biasa sebanyak satu drum, kini bertambah menjadi 10 drum per hari. Kasih menjual cincau hitamnya dengan harga Rp 200 ribu per drumnya, jadi omzet yang dikantonginya mencapai Rp 2 juta per hari. Omzet sebanyak itu merupakan hasil penjualan cincau hitam secara langsung kepada konsumen maupun di sejumlah pasar tradisional.Produksi cincau hitam di tempat Kasih sudah berlangsung selama puluhan tahun. Ia dan sejumlah pekerja mengolah daun cincau kering menjadi makanan yang juga disebut janggelan. Daun cincau kering dicampur sedikit serbuk khusus yang dimasukkan ke dalam drum berisi air yang berada di atas api dengan panas tinggi.Setelah diaduk-aduk hingga mendidih, campuran air dan tepung terigu dilarutkan ke dalam adonan sambil sesekali kembali diaduk. Apabila ditemukan daun cincau yang tidak bisa larut, maka langsung dikeluarkan dari drum.Sementara, larutan daun cincau hitam yang telah bercampur dipindahkan dari drum ke ember untuk dicetak. Setelah dingin dan menjadi jel, produk tersebut siap dijual untuk bahan membuat minuman seperti es maupun campuran kolak.Salah seorang pengecer cincau hitam, Maryam, 47 tahun, mengatakan bahwa permintaan komoditas itu melonjak sejak awal puasa. Di luar bulan Ramadan, ia hanya membeli satu ember cincau dan kini sebanyak 10 ember per hari.Jurnalis Video: Nofika Dian NugrohoEditor/Narator: Ridian EKa Saputra