Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kesaksian Wanita Rohingya Diperkosa Tentara Myanmar

Senin, 25 September 2017 22:11 WIB

Iklan

TEMPO.CO, Leda, Bangladesh: Penderitaan etnis Rohingya di Myanmar tidak berkesudahan. Rumah-rumah mereka dibakar oleh tentara Myanmar dan kelompok Buddha garis keras. Tragedi kemanusiaan yang menimpa warga Rohingya di Rakhine State, berupa pembakaran rumah-rumah, pembunuhan dan penyiksaan, mengakibatkan ribuan warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh. Tak cuma itu, sejumlah perempuan Rohingya dihantui horor pemerkosaan yang diduga dilakukan oleh tentara Myanmar.

Shamila, bukan nama sebenarnya, adalah salah satu korban pemerkosaan yang diduga dilakukan oleh tentara Myanmar. Di kamp pengungsian Leda, Bangladesh, ia menceritakan bagaimana orang berseragam militer Myanmar mendatangi rumahnya dan memerkosanya. Shamila diperkosa di depan anak-anaknya sementara suami Shamila keluar saat serangan terjadi dan tak pernah bertemu lagi.

Kisah memilukan juga dialami perempuan Rohingya bernama Ayesha, bukan nama sebenarnya, yang datang ke klinik di Leda seminggu setelah tiba di Bangladesh dari Rakhine. Kepada AFP, perempuan 20 tahun itu menceritakan lima pria dengan seragam militer masuk ke rumahnya dan satu orang memperkosanya. Suami Ayasha sudah meninggalkan desa setelah tersebar desas-desus bahwa orang Rohingya akan ditangkap.

Ayesha belum pernah melihat suaminya sejak itu, tapi dia telah mengetahui bahwa dia berhasil sampai di Bangladesh dan berharap bisa bertemu kembali.

Kisah semacam ini berkali-kali terdengar dari mulut para pengungsi Rohingya di kamp-kamp penampungan. Dokter di klinik milik Organisasi Internasional untuk Migrasi, IOM, di kamp pengungsian Leda, mengatakan bahwa dokter merawat ratusan perempuan yang menurut mereka mengalami luka akibat kekerasan seksual.

Sumber Video: Etienne Lamy-Smith/AFP
Naskah Narasi: AFP
Editor: Ngarto Februana