Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mahasiswinya Meninggal Suspect Difteri, Dekan UIN Datangi RSDP

Videografer

Darma Wijaya

Kamis, 28 Desember 2017 13:42 WIB

Iklan

TEMPO.CO, Serang - Pasca dihebohkan dengan meninggalnya Aufatul Khuzzah mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diduga meninggal sebagai suspect difteri, pihak mahasiswa panik wabah difteri masuk ke perguruan tinggi.

Pihak Dekan Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berserta tim, Rabu siang, 27 Desember 2017 mendatangi Rumah Sakit Dokter Drajat Prawirangera Serang Banten. Kedatangannya untuk meminta penjelasan pihak rumah sakit atas riwayat penyakit penyebab meninggalnya mahasiswi UIN.

Menurut Kepala Seksi Survailans Imunisasi dan Krisis Kesehetan Dinas Kesehatan Provinsi Banten drg. Rostina, ada kepanikan dari pihak civitas akademik kampus termasuk mahasiswa setelah salah satu mahasiswinya meninggal diduga suspect difteri. Mereka panik difteri merambah ke kampus, dan meminta untuk divaksin anti difteri. Tangerang Selatan adalah satu dari 4 kabupaten kota di Banten yang berstatus KLB difteri.

Meski hasil Laboratorum Kementrian Kesehatan menyatakan  Aufatul Khuzzah  meningggal negatif difteri. Namun  untuk mencegah wabah difteri meluas,  pihak Dinas Kesehatan Provinsi Banten tetap melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) dengan memberikan vaksinasi kepada mahasiswa yang berusia sampai 19 tahun. Bagi mahasiswa diatas 19 tahun vaksinasi dianjurkan mandiri atau vaksinasi berbayar.

Direktur Rumah Sakit Dokter Drajat Prawirangera Serang Banten, dokter Agus Gusmara mengatakan Aufatul Khuzzah mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta meninggal bukan karena difteri.

Walaupun awalnya pihak RSDP mendiagnosa sebagai difteri, namun, Hasil diagnosa menunjukan almarhum meninggal mengalami gangguan kekurangan volume cairan dalam tubuh yang cukup hebat, kemudian keluar darah dari saluran pencernaan dan terjadi gangguan otot jantung serta keracunan akibat keasaman cairan tubuh yang terlalu tinggi.

Dari data Puskemas yang masuk ke Dinas Kesehetan Provinsi Banten , Desa Cerukcuk, Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang, desa asal Aufatul Khuzzah adalah salah satu desa yang penduduknya anti vaksin sejak 2005. 80 persen dari jumlah penududuk di desa tersebut menolak untuk divaksin.

Jurnalis Video: Darma Wijaya
Editor/Narator: Ridian Eka Saputra