Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Proses Pemeriksaan Kesehatan Kukang Sebelum Dilepasliarkan

Videografer

Eko Siswono

Editor

Ryan Maulana

Rabu, 3 Januari 2018 10:02 WIB

Iklan

Di dunia terdapat lima jenis kukang, yaitu Kukang Sumatera (Nycticebus coucang), Kukang Kalimantan (Nycticebus menagensis), Kukang Jawa (Nycticebus javanicus), Kukang Bengal (Nycticebus bengalensis),  dan Kukang Pygmi (Nycticebus pygmeus). Populasi kukang khususnya kukang Jawa makin berkurang, hal ini disebabkan maraknya perdagangan kukang yang terus berlangsung hingga sekarang.

Yayasan International Animal Rescue (IAR) Indonesia yang merupakan tempat rehabilitasi dan pemeriksaan kesehatan hewan ini, setidaknya merawat sekitar 170 hewan bernama ilmiah Nycticebus tersebut. Kukang ini didapatkan dari hasil perdagangan ilegal dan pemeliharaan perorangan.

Dengan berbagai latar belakang penyebab stres, ratusan kukang yang kini tinggal di tempat rehabilitasi juga menjalani program pengayaan (enrichment).  Salah satunya kukang bernama Elsa, yang tertembak di antara tulang ketiak akibat peluru senapan angin.

Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan Yayasan IAR Indonesia terhadap kukang yang direhabilitasi ternyata tak sebatas masalah fisik ataupun pencukupan nutrisi satwa-satwa tersebut. Kesehatan mental atau psikologis satu-satunya primata berbisa itu pun menjadi hal penting yang diberikan oleh para petugas satwa.

Harapannya, kukang-kukang ini nantinya dapat mengeluarkan sifat liar mereka kembali. Pada tahun 2016, IAR mencatat sebanyak 625 kukang diperdagangkan oleh 50 grup jual beli hewan di media sosial Facebook. Hewan ini dijual rata-rata berkisar Rp 300 ribu - Rp 400 ribu per ekor.

Jurnalis video: Eko Siswono Toyudho

Editor/Narator: Ryan Maulana