Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Wisata Sejarah Radio Pertama di Asia dan Hindia Belanda

Videografer

Prima Mulia

Minggu, 18 Februari 2018 17:31 WIB

Iklan

TEMPO.CO, Bandung - Gunung Puntang yang berada di area pegunungan Malabar memiliki kecantikan alam khas Parahyangan. Wana wisata di antara hutan pinus dan aliran Sungai Cigeureuh yang sangat bersih menjadikan kawasan ini kerap dikunjungi wisatawan baik yang hanya sekadar jalan-jalan maupun yang bermalam. Kawasan ini memiliki area berkemah dengan fasilitas air cukup melimpah dan warung-warung makan yang buka semalaman. Dari sini juga daerah asal kopi Puntang yang yang terkenal.

Namun tak banyak orang tahu bahwa di lembah Gunung Puntang di Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, ini pernah berdiri stasiun radio dengan 2 arc transmitter paling kuat yang pernah dibuat di dunia pada tahun 1917, berkekuatan 2.400 kW, dan diresmikan pada tahun 1923. Saat itulah untuk pertama kali terjadi komunikasi nirkabel antara Bandung (Hindia Belanda saat itu) dan negeri Belanda yang terpaut jarak 12.000 kilometer.

Kawat antenanya membentang sepanjang dua kilometer antara Gunung Halimun dan Gunung Puntang. Kejayaan Stasiun Radio Malabar berakhir pada tahun 1946 bertepatan dengan peristiwa Bandung Lautan Api. Para petugas yang menjaga stasiun radio itu sendirilah yang menerima perintah untuk menghancurkan fasilitas tersebut. Informasi ini sesuai dengan apa yang dituturkan Hidayat, warga kampung yang menceritakan kisah yang didengarnya dari bekas pegawai Stasiun Malabar dulu saat ia kecil. Informasi lain menyebutkan kawasan ini dibom oleh Jepang saat pasukan Jepang menginvasi Hindia Belanda. Kini, stasiun radio pertama dan terbesar di Asia tersebut hanya bisa dilihat reruntuhannya, termasuk kolam renang berbentuk mirip hati yang dulu tepat berada di depan gedung utama Stasiun Radio Malabar.

Jurnalis Video: Prima Mulia
Editor/Narator: Zulfikar Epriyadi