Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Berburu Bitter di Hutan Dayak Lundaye

Videografer

Editor

Rabu, 3 Desember 2014 14:49 WIB

Iklan
TEMPO.CO, Malinau:Perjalanan untuk berburu makanan khas Dayak Lundaye tidaklah mudah. Kami memasuki kota dan desa di Kabupaten Malianu, Kalimantan Utara. Tak lupa kami meminta izin kepada kepala desa. Untuk mengenal masakan Dayak, terlebih dahulu kami perlu mengetahui bahan makanan yang dijual di pasar. Di pasar Inai, Desa Setulang itulah kami menemukan lapak-lapak yang menyuguhkan umbut rotan, blusut alias kecombrang, daun bekai, dan biji buah payang. Juga beraneka ikan sungai, daging babi hutan yang dipotong-potong, daging kijang, daging kura-kura yang biasa dimasak dengan sayur daun singkong mirip tumisan ikan.Akhirnya ketemulah makanan khas Dayak Lundaye yang disebut bitter, sejenis bubur, dan teluk. Cara memasaknya, menggunakan api kayu bakar, air mendidih bercampur beras terus-menerus diaduk, hingga akhirnya dicampur daun timun dan kecap bercampur jamur. Agar mengental, ditambahkan tepung ubi. Bubur itu nanti tetap dimakan dengan nasi putih. Setelah bubur dituangkan ke mangkuk besar, disajikan makanan yang disebut teluk. Wujud dua ekor ikan pelian berukuran sejengkal tangan itu mirip bandeng presto, yang berbau asam. Videografer: FRANNOTOReporter: AGOENG WIJAYAEditor: NGARTO FEBRUANAIlustrasi Musik: Uyau Moris Dot diot tapung kitan, Ngilu