Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rentan Punah, Sepasang Surili Serahan Warga Dilepasliarkan

Videografer

Editor

Sabtu, 4 April 2015 15:00 WIB

Iklan
TEMPO.CO, Ciwidey : Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat dan The Aspinall Foundation Kembali melepasliarkan primata Jawa di Cagar Alam Gunung Tilu, Ciwidey, Jawa Barat. Kali ini mereka melepasliarkan sepasang Surili, atau dengan nama latin Presbytis Comata, primata asli Jawa Barat yang hampir punah ini.Sepasang Surili ini merupakan hasil serahan warga kepada BKSDA Jabar dan dititip rawatkan kepada The Aspinall Foundation. Rini, Surili Betina berasal dari Cianjur, sedangkan Geri, Surili jantan dari temuan warga di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Sukabumi, Jawa Barat. Saat ditemukan Geri dalam kondisi memprihatinkan sehingga dirawat warga selama 9 bulan sebelum diserahkan.Kepala Perawat Pusat Rehabilitasi Primata Jawa The Aspinall Foundation Sigit Ibrahim mengatakan selama masa penggabungan mereka memiliki respon yang baik hingga pada proses kawin.Setelah dua minggu di kandang habituasi, sepasang Surili ini dilepaskan. Sejak September 2014 lalu The Aspinall Foundation melakukan kajian lahan dan pelimpahan pakan di tempat tersebut. Setelah semua cocok, sepasang Surili ini dilepasliarkan dengan harapan menemukan kelompok lainnya di hutan dan menjadi populasi di alam.Walau populasinya masih ada, saat ini Surili dikatagorikan rentan. Pertambahan penduduk dan kebutuhan manusia yang mendesak ke hutan menjadi ancaman bagi populasi Surili di hutan. Surili adalah tipe primata multi female. Satu jantan bisa mengawini 5 sampai 7 betina. Namun begitu Sigit menambahkan mereka kesulitan menemukan Surili betina di masyarakat karena faktor sulitnya memelihara Surili.Surili merupakan satwa yang sensitif terhadap makanan manis. Sedangkan paradigma masyarakat selalu memberi pakan hewan sejenis primata dengan buah manis seperti pisang. Dengan pakan tersebut biasanya Surili menjadi kempung dan mati. Surili memiliki lambung yang hampir mirip domba, maka dedaunan muda lebih baik untuk pakan mereka.Videografer : Dicky Zulfikar NawazakiEditor : Dwi OktavianeMusik ilustrasi : "Slowly Down full mix", JewelBeat