Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Eksplain: Penyemprotan Air untuk Kurangi Polusi Udara Jakarta, Efektifkah?

Videografer

Tempo.co

Rabu, 30 Agustus 2023 02:10 WIB

Iklan

Akhir-akhir ini, polusi udara menjadi perhatian, termasuk oleh Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Kepala Negara bahkan meminta ada rekayasa cuaca untuk memancing hujan di kawasan Jabodetabek dan menerapkan regulasi untuk percepatan penerapan batas emisi. Jokowi juga meminta agar ruang terbuka hijau diperbanyak. Termasuk mempertimbangkan penerapan WFH (work from home) atau bekerja dari rumah.

Berbagai upaya terus dilakukan pemerintah dan pihak terkait untuk mengatasi polusi udara Jakarta dan sekitarnya, di antaranya dengan menyemprotkan air. Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Profesor Tjandra Yoga Aditama, pun merujuk studi yang menyebut menyemprotkan air ke jalan dapat mencegah polusi udara, salah satunya di Cina.

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Toxics pada Juni 2021, penyemprotan air dalam skala besar di jalan bukan mencegah polusi udara tetapi justru menambah polusi karena cenderung meningkatkan konsentrasi PM 2.5-indikator dalam polusi udara dan juga kelembapan.

Akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB), Puji Lestari, tak setuju dengan cara Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang menyemprot air menggunakan water cannon untuk mengurangi polusi udara Jakarta. Sebab, penyemprotan air ke jalanan Jakarta ini dinilai hanya akan mereduksi polusi dalam beberapa menit. 

"Saya kira solusi ini tidak akan efektif, hanya short term," kata dia saat menjadi penanggap di Diskusi Quick Response Penanganan Kualitas Udara di Jakarta pada Senin, 28 Agustus 2023.

Puji menyampaikan polusi udara adalah sesuatu yang tanpa batas atau no boundaries. Sementara volume air pada water cannon terbatas. Karena itulah, penyemprotan menggunakan water cannon hanya akan mengurangi polusi untuk beberapa menit. 

Dia menerangkan, secara ilmiah, penyemprotan air tersebut sama seperti wet scrubber. Cara ini, lanjut Puji, tidak akan efektif apabila tak diketahui butiran droplet yang digunakan untuk menyemprot. Alasannya karena partikel hanya akan menempel pada butiran droplet tertentu.

Polutan yang dapat dibersihkan pun barangkali hanya partikel kasar. Sementara partikel halus di bawah satu mikron (PM 1) tidak akan terbawa. 

Akademisi Universitas Trisakti, Hernani Yuliawati, sependapat dengan Puji bahwa penyemprotan air tidaklah efektif. Menurut dia, polutan yang ada di udara Jakarta adalah PM 2.5 yang sifatnya seperti aerosol atau kadang berupa zat padat dan gas.

"Saya juga mengecek di jurnal internasional, pengalaman dari Cina, dengan menyemprotkan air seperti itu juga naik lagi dia (polutan) menjadi PM 2.5. Jadi sayang, takutnya sia-sia," jelas dia.

Di sisi lain, Hernani mengingatkan soal fenomena El Nino yang berpotensi menyebabkan kemarau panjang di Ibu Kota. Untuk itulah, Pemprov DKI harus melakukan konservasi air sedari sekarang, bukannya membuang-buang air yang akhirnya tidak efektif mengatasi pencemaran udara Jakarta. 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Asep Kuswanto merespons, pihaknya akan mengevaluasi lagi penyemprotan menggunakan water cannon. "Karena memang betul sekali, daya jangkaunya juga sangat-sangat terbatas," jelasnya.

Anak buah Penjabat (Pj) Gubernur DKI Heru Budi Hartono ini juga tertarik dengan konservasi air dan merasa perlu mencobanya. Menurut Asep, Pemprov DKI harus mengantisipasi krisis air yang adalah dampak dari perubahan iklim.

Video: ANTARA

Naskah: Tempo.co

Editor: Ridian Eka Saputra