Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Lebanon Hadapi Krisis Kemanusiaan di Tengah Minimnya Pasokan Medis

Minggu, 6 Oktober 2024 13:40 WIB

Iklan

Serangan Israel terhadap Lebanon telah membuat banyak orang sangat membutuhkan perawatan medis, menambah tekanan pada sistem perawatan kesehatan negara yang sudah berjuang.

Sejak 23 September 2024, tentara Israel telah melakukan serangan udara intensif di Lebanon dalam eskalasi berbahaya dengan Hizbullah.

Menteri Kesehatan Lebanon Firas Abiad melaporkan pada hari Kamis bahwa total 1.974 orang telah tewas, termasuk 127 anak-anak dan 261 wanita, dan 9.384 lainnya terluka di Lebanon sejak dimulainya konflik Hizbullah-Israel pada bulan Oktober tahun lalu.

Rudal Israel menghantam bangunan tiga lantai, yang merupakan tempat pusat rehabilitasi rumah sakit. Hanya beberapa barang yang berserakan yang masih tersisa di antara reruntuhan, termasuk pakaian operasi dan kain kasa.

Pertahanan Sipil Lebanon juga melaporkan bahwa satu anggota tewas dan yang lainnya terluka parah selama serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut pada tanggal 27 September.

Sejak Oktober lalu, serangan terhadap fasilitas medis telah menjadi sangat sering terjadi, yang memaksa banyak pusat berhenti beroperasi. Menurut pemerintah, ini telah menjadi taktik yang berulang.

Situasi ini semakin tidak berkelanjutan karena rumah sakit berjuang untuk mengatasi jumlah korban yang terus bertambah. Serangan udara yang tak henti-hentinya dan kerusakan yang meluas telah membuat banyak fasilitas medis hampir tidak berfungsi, sehingga sistem perawatan kesehatan mencapai batasnya. Namun, menteri kesehatan memperingatkan bahwa bantuan medis saja tidak akan menyelesaikan krisis.

Video: CCTV+

Editor: Dwi Oktaviane