Biaya Top Up E-Money Ditolak Banyak Kalangan
Videografer
Editor
Kamis, 28 September 2017 15:20 WIB
TEMPO.CO - Jakarta - Mesin tapping di Stasiun Palmerah, Jakarta, berbunyi begitu ditempelkan kartu uang elektronik atau e-money. Selain bisa menggunakan tiket harian berjaminan dan tiket multitrip, untuk naik kereta rel listrik (KRL) commuter line Jabodetabek, penumpang juga bisa menggunakan kartu uang elektronik.
Tak cuma untuk bepergian dengan KRL atau bus Transjakarta, e-money juga bisa digunakan untuk berbelanja. Kartu e-money bisa dibeli di minimarket dengan harga Rp 50 ribu untuk saldo Rp 30 ribu. Jika saldo berkurang atau habis, untuk isi ulang atau top up uang elektronik bisa dilakukan di minimarket atau di anjungan tunai mandiri atau ATM.
Penggunaan e-Money untuk beberapa keperluan semakin diminati masyarakat. Dewi Aminarti, misalnya. Karyawan swasta ini menggunakan e-money untuk naik bus Transjakarta dan KRL.
Keputusan Bank Indonesia menerapkan pungutan saat isi ulang uang elektronik menuai penolakan dari berbagai pihak. Desi Aditia Ningrum, seorang karyawan swasta, termasuk yang tidak setuju pengenaan biaya isi ulang e-money.
Begitu pula Anggun Situmorang, karyawan swasta, tidak setuju dengan penerapan biaya top up e-money. Sementara itu Dewi Aminarti tidak keberatan jika top up e-money dikenakan biaya.
Jurnalis Video: Vindry Florentin
Editor: Ngarto Februana