Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pelopor Industri Tenun Tradisional Majalaya Pertahankan Mesin Tua

Videografer

Prima Mulia

Sabtu, 9 Desember 2017 18:32 WIB

Iklan

TEMPO.CO, Bandung - Suara balok kayu saling beradu mengiringi putaran roda-roda yang digerakkan sejumlah wanita di sudut ruangan. Roda-roda tersebut menghasilkan gulungan benang warna-warni yang disebut benang pakan. Benang-benang inilah yang nantinya akan ditenun menggunakan alat tradisional yang disebut alat tenun bukan mesin atau ATBM.

Warga Kampung Leuwinanggung, Desa Talun, Kecamatan Ibun, tersebut menyebut ATBM dengan istilah tustel. Suara kayu beradu tadi berasal dari para perajin yang tengah menenun menggunakan tustel. Warga di sekitar Ibun dan Majalaya sebagai sentra tekstil ternama di Indonesia sejak era penjajahan Belanda dulu sudah mahir menggunakan tustel secara turun-temurun. Setelah 100 tahun berlalu, tinggal satu industri tenun yang tetap mempertahankan penggunaan tustel atau ATBM hingga generasi ketiga.

Kain-kain tenun berkualitas tinggi tersebut merupakan pesanan pelanggan atau distributor tenun dari Sumatera, Kalimantan, dan kota-kota besar di Jawa. Oleh para pedagang tadi, kain tenun dari Ibun ini melanglang sampai ke luar negeri. Salah satu bukti yang menarik adalah mesin pintal benang yang disebut mihane terbuat dari kayu jati berusia lebih dari 100 tahun. Menurut Evi mesin tersebut dibuat oleh kakeknya dan hingga kini masih terus digunakan.

Jurnalis Video: Prima Mulia

Editor: Zulfikar Epriyadi