Iklan
TEMPO.CO, Jambi : Deru mesin perahu memecah keheningan Sungai Batanghari. Melaju pelan meninggalkan dermaga Pelabuhan Pelayangan, Provinsi Jambi. Inilah saatnya mengarungi sungai terpanjang di Pulau Sumatra, sekaligus menikmati sisa-sisa kejayaan Batanghari yang pernah tercatatkan dalam sejarah.Batanghari sejatinya sudah terkenal sejak abad ke-7 masehi. Sungai ini pernah menjadi titik penting perdagangan di Sumatra, juga tumbuhnya peradaban Kerajaan Melayu hingga Sriwijaya. Dari sinilah awal mula nama Swarnadwipa dilekatkan untuk menyebut Pulau Sumatra. Swarnadwipa sendiri berarti Pulau Emas dalam bahasa Sanskerta. Tak berlebihan menyebut demikian, karena aliran Sungai Batanghari ini telah membawa banyak deposit emas. Sejak dulu hingga sekarang, banyak bermunculan pertambangan emas di sepanjang aliran sungai anakan Batanghari.Namun kini, kejayaan Batanghari tinggal cerita. Kondisi sungai saat ini sudah jauh berbeda. Pertambangan emas yang tumbuh tak terkendali di anakan sungai telah menyisakan limbah merkuri. Padahal, sejumlah warga masih memanfaatkan Batanghari untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Belum lagi persoalan hutan di bagian hulu yang banyak beralih menjadi kebun sawit. Alur sungai Batanghari berubah, erosi dan terjadinya pendangkalan. Akibatnya, saat hujan, Batanghari akan mudah meluap dengan air berwarna kecoklatan. Batanghari yang tadinya membawa manfaat, sewaktu-waktu berubah mengancam menjadi bencana. Kini, kejayaan Batanghari hanya tinggal kenangan.Videografer : IKA NINGTYASEditor : RYAN MAULANAMusik Ilustrasi : "Release and Relax full mix", JewelBeat
