Malas Bergerak Bisa Memicu Depresi dan Gangguan Psikologis Lain
Videografer
Editor
Jumat, 10 Februari 2023 16:00 WIB
Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik atau malas bergerak telah lama dilarang oleh para ahli medis. Sebab, dampaknya memperburuk kesehatan. Sport Sciences for Health memperkuat saran itu sekaligus menunjukkan peningkatan jumlah waktu tidak melakukan apa-apa berdampak buruk terhadap kesehatan mental.
Risiko buruk malas bergerak
Ketika seseorang menghabiskan lebih dari 8 jam sehari untuk duduk bisa mempengaruhi kesehatan. Penelitian itu menyurvei 284 partisipan di Inggris dengan kuesioner daring yang menilai aktivitas fisik, waktu duduk, dan kesehatan mental. Aktivitas fisik di rumah dan berkebun sangat membantu, misalnya berdiri dan menggerakkan tubuh.
Mengutip Verywell Mind perilaku tidak bergerak dalam waktu lama diartikan sebagai aktivitas apa pun dalam posisi duduk atau berbaring. Punggung dan tulang belakang meningkatkan tekanan darah. Gejala kecemasan dan depresi telah lama dikaitkan dengan gaya hidup yang tidak banyak bergerak.
Tidak melakukan apa-apa juga memengaruhi kondisi mental, karena beberapa penelitian menunjukkan perilaku diam mengurangi variasi glikemik dan penurunan kognitif. Sederhananya, semakin banyak waktu untuk duduk, makin sedikit keaktifan fisik.
Saat berolahraga, tubuh melepaskan zat kimia yang membuat tubuh merasa nyaman, seperti anandamide dan endocannabinoids langsung ke otak. Senyawa itu tidak hanya memblokir reseptor rasa sakit, tapi juga meningkatkan perasaan gembira. Ketika kekurangan bahan senyawa penting itu cenderung merasa cemas dan tertekan akibat tidak banyak bergerak.
Merujuk Psychologs sejumlah penelitian mengaitkan kemalasan dengan beberapa kondisi psikologis seperti harga diri rendah, kurang motivasi, perasaan lesu, kehilangan tujuan, kecemasan, depresi, gangguan suasana hati, dan lain-lain. Kiat mencegahnya melakukan olahraga 30 menit perhari. Kebiasaan olahraga rutin itu mengurangi gejala depresi atau kecemasan.
Foto: Pixabay
Editor: Ridian Eka Saputra