Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ali Khamenei: Amerika Serikat dan Eropa Penyebab Kekacauan Timur Tengah

Videografer

Reuters

Kamis, 3 Oktober 2024 08:00 WIB

Iklan

Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran, Ayatollah Sayid Ali Khamenei, menuding campur tangan Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa sebagai penyebab perang di kawasan Timur Tengah. Hal ini disampaikannya dalam pertemuan dengan sekelompok elite dan ilmuwan terkemuka Iran di gedung Imam Khomeini Hussainia, Teheran, Iranpada Rabu, 2 Oktober 2024.

Pertemuan tersebut berlangsung beberapa jam setelah Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) menembakkan rentetan rudal jarak jauh ke markas Mossad di Israel. Serangan ini sebagai balasan atas pembunuhan Israel terhadap Ismail Haniyah, pemimpin Hamas; Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah; dan Abbas Nilforoushan, komandan Pasukan Dirgantara IRGC.

“Akar permasalahan dan penyebab mendasar konflik dan perang di kawasan ini adalah kehadiran Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa yang secara keliru mengadvokasi perdamaian dan ketenangan,” kata Imam Khamenei, sebagaimana disiarkan Mehr News Agency, kantor berita pemerintah Iran. “Jika mereka meninggalkan kawasan ini, konflik dan perang akan berakhir sehingga negara-negara di sini dapat mengelola urusan mereka dan hidup berdampingan secara damai dan sejahtera.”

Khamenei menganggap langkah Presiden Irak Saddam Hussein untuk menyerang Iran pada 1980, yang memicu Perang Teluk atau Perang Iran-Irak selama delapan tahun, sebagai contoh dari hasutan Amerika dan Barat di kawasan tersebut. Pada kenyataannya, kini Iran dan Irak dapat hidup berdampingan dengan damai.

Iran melancarkan operasi True Promise 2 dengan meluncurkan lebih dari 180 rudal jarak jauh ke Israel pada Selasa malam lalu. IRGC mengklaim 90 persen serangan itu mencapai target yang ditentukan, termasuk pusat-pusat strategis Israel. Sasarannya antara lain adalah markas besar Mossad dan pangkalan udara Israel di Nevatim, yang menampung pesawat tempur F-35.

Hal ini terjadi setelah Israel mengumumkan akan mulai melakukan invasi darat terbatas ke Lebanonselatan. Alasannya, Hizbullah akan menyerang Israel secara besar-besaran pada 7 Oktober 2024 dalam Operasi Penaklukan Galilea. "Hizbullah berencana untuk melakukan di Israel utara seperti yang Hamas lakukan di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober 2023: menyerbu Israel, menyusup ke masyarakat sipil, dan membantai warga sipil yang tidak bersalah," kata Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, dalam siaran pers pada Selasa, 1 Oktober 2024.

 

 

 

Foto: tempo.co
Editor: Ridian Eka Saputra