Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menengok Royal Palace, Istana Kerajaan Swedia

Videografer

Editor

Minggu, 21 Mei 2017 19:11 WIB

Iklan
TEMPO.CO, Stockhol: Salju tipis turun tepat ketika Tempo mendarat di Bandar Udara Arlanda, Stockholm, Swedia pada Selasa, 9 Mei 2017 lalu. Udara terasa menggigit. Terlihat di aplikasi ponsel suhu di kota itu sekitar 1 derajat Celcius. Boel Lindbergh dari International Press Center yang menyambut kami beberapa kali minta maaf karena kondisi cuaca yang buruk untuk musim yang seharusnya sudah memasuki musim panas itu.Menuju pusat kota, Boel mengantar kami menggunakan kereta api bandara Arlanda Express. Kereta yang melaju dengan kecepatan 180 kilometer per jam itu hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit ke Stockholm Central, stasiun sentral di pusat kota. Dan setibanya di sana, salju kembali turun, kali ini cukup deras. Udara dingin membekap. Ini sesuatu yang tidak biasa di bulan Mei, kata Boel. Beruntung di Jakarta kami sudah diberitahu bahwa cuaca di Stockholm masih belum beranjak dari sisa-sisa musim dingin. Jaket tebal dan kupluk penutup kepala pun dikenakan untuk berjalan dari Stockholm Central menuju hotel yang letaknya hanya sekitar 200 meter.Badai salju yang melanda Stockholm langsung menjadi headline beberapa media di sana pada keesokan harinya. Boel mengatakan ini baru terjadi setelah 100 tahun. Meski masih ada salju, namun cuaca berangsur membaik. Matahari mulai muncul di tengah udara yang masih berada di kisaran 8 derajat Celcius. Warga Stockholm tampak beraktivitas seperti biasa. Salutnya, warga yang menggunakan sepeda tetap terlihat berkeliaran di tengah udara yang mirip di puncak Gunung Gede ini. Stockholm memang kota yang ramah pesepeda dan pejalan kaki. Jalur sepedanya terlihat bertebaran di penjuru kota. Untuk menyeberang pun sangat aman. Mobil akan langsung berhenti begitu mengetahui ada pejalan kaki menyeberang.Keindahan Stockholm terhampar ketika cuaca bersahabat. Bangunan-bangunan tua tampak masih gagah berdiri dengan warna-warni yang cantik. Perjalanan kami arahkan ke Gamla Stan alias Kota Tua. Untuk menjangkaunya kami hanya berjalan kaki. Sebenarnya ada bus tingkat Hop On Hop Off untuk keliling kota ini. Ini adalah bus tingkat semacam City Tour di Jakarta. Tapi berjalan kaki adalah pilihan tepat untuk mengenal lebih dekat kota ini.Sebelum mencapai Kota Tua, kami mampir di Drottninggatan (Queen Street). Jalan ini menjadi perhatian dunia ketika pada Jumat 7 April 2017 lalu terjadi teror dengan menabrakkan truk ke kerumunan orang di jalan. Empat orang tewas dan 15 lainnya terluka dalam peristiwa yang terjadi di salah satu jalanan yang ramai itu.Masih terlihat berbagai kartu ucapan dan bunga serta boneka yang diletakkan pengunjung di salah satu sudut jalan atau tepatnya di pojok pusat perbelanjaan Ahlens City. Ini adalah lokasi teror 7 April yang mengagetkan semua warga Swedia, kata Boel.Kami kemudian berjalan menuju Royal Palace. Ini adalah tempat Raja Swedia bekerja dan melakukan berbagai kegiatan kenegaraannya. Swedia adalah negara monarki modern. Raja Swedia Carl XVI Gustaf yang pada 22 Mei 2017 besok berkunjung ke Indonesia adalah keturunan ke tujuh dalam dinasti kerajaan Swedia atau House of Bernadotte. Carl XVI Gustaf lahir pada 30 April 1946, ia merupakan anak bungsu dari lima bersaudara dan satu-satunya putra Pangeran Gustaf Adolf dan Putri Sybilla.Sebelum menjelajah Istana, kebetulan ada proses pergantian penjaga. Ini adalah salah satu atraksi yang banyak ditunggu. Prosesi pergantian penjaga ini diikuti dengan atraksi marching band yang keren. Atraksi ini berlangsung sekitar 15 menit.Kami kemudian menuju Royal Palace ditemui oleh Press Secretary The Royal Court, Johan Tegel. Ini adalah kediaman resmi Raja Swedia, kata dia. Namun menurut Johan, keluarga kerajaan sudah tak tinggal di tempat ini lagi. Namun sampai sekarang Royal Palace masih digunakan untuk berbagai acara kenegaraan.Istana ini dibangun dengan gaya baroque oleh arsitek Nicodemus Tessin dan bentuknya menyerupai Istana Roma. Istana ini memiliki lebih dari 600 ruangan yang terbagi dalam tujuh lantai dengan apartemen untuk para tamu negara menghadap kota. Menjelajahi istana ini kita diajak kembali ke masa berabad-abad silam. Bangunan dengan beragam artefak dan lukisan seperti mengantar siapapun yang datang merasakan suasana kerajaan pada masa silam.Meski masih menggunakan sistem Monarkhi, namun Raja Swedia Carl XVI Gustaf adalah raja yang visioner. Jargonnya, For Sweden-with the times, menurut Johan Tegel merefleksikan bagaimana sang raja ingin Swedia terus berinovasi sesuai perkembangan zaman.Jurnalis Video: Juli HantoroEditor/Pengisi Suara: Maria Fransisca