TEMPO.CO, Jakarta: Pembacaan puisi tersebut adalah salah satu dari isi acara bertajuk AsikAsikAksi, sebuah aksi solidaritas bagi darurat demokrasi, yang digelar di Gedung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Ahad, 17 September 2017. Selain pembacaan puisi, ada pementasan musik, antara lain menyanyikan lagu Darah Juang, sebuah lagu yang cukup populer di kalangan aktivis mahasiswa. Tak hanya musik dan puisi, di acara tersebut dipamerkan sejumlah lukisan serta pemutaran film.Salah seorang panitia acara Citra Referandum mengatakan acara tersebut tidak direncanakan, tetapi diinisiasi secara spontan oleh jaringan masyarakat sipil. Menurut Citra, kegiatan tersebut digagas sebagai respons atas pembubaran secara paksa seminar sejarah 1965, yang digelar Sabtu, 16 September 2017, di kantor LBH Jakarta. Seminar tersebut batal dilaksanakan karena didemo oleh sekelompok orang dan dibubarkan paksa oleh aparat kepolisian. Kegiatan seni AsikAsikAksi itu pun tak luput dari serangan oleh sekelompok warga, yang memaksa acara tersebut dibubarkan. Massa demonstran mengepung kantor YLBHI hingga dini hari, Senin, 18 September 2017. Mediasi oleh kepolisian dan aparat TNI tidak membuahkan hasil. Massa tetap berkeras untuk masuk gedung tempat diselenggarakannya acara seni. Bentrokan antara massa dan polisi tak terhindarkan. Polisi pun membubarkan massa dengan gas air mata. Sejumlah orang ditangkap.Sementara itu, panitia acara, tamu dan pengisi acara seni yang dikepung selama beberapa jam akhirnya dievakuasi ke kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia di Jalan Latuharary, Jakarta Pusat. Dalam siaran pers, Ketua YLBHI Asfinawati mengatakan bahwa acara AsikAsikAksi tidak ada kaitannya dengan Partai Komunis Indonesia atau PKI. Menurut Asfinawati, tudingan kegiatan seni itu untuk membangkitkan PKI adalah fitnah dan hoax.Jurnalis Video: Maria Fransisca, Budiarti Utama PutriEditor: Ngarto Februana