Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Data Kotak Hitam: Jatuhnya Ethiopian Airlines Mirip Lion Air

Selasa, 19 Maret 2019 08:00 WIB

Iklan

Analisis awal data dari kotak hitam menunjukkan kemiripan antara jatuhnya Ethiopian Airlines dan Lion Air di Indonesia Oktober 2018. Hal itu diungkapkan oleh juru bicara Kementerian Transportasi Ethiopia, Ahad.

Data berhasil dipulihkan dari kotak hitam dan analisis, menunjukkan kedua kasus itu, dari ketinggian pesawat menabrak tajam karena keduanya mengalami pendakian dan penurunan yang tidak menentu. 

Pesawat Boeing 737 MAX 8 milik Ethiopian Airlines jatuh di dekat ibukota Addis Ababa, beberapa menit setelah lepas landas pada 10 Maret, menewaskan semua 157 orang di dalamnya. 

Perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit atau yang dikenal dengan kotak hitam ditemukan dan dikirim ke Paris untuk dianalisis oleh Biro Penyelidikan dan Analisis Prancis untuk Keselamatan Penerbangan Sipil (BEA).

Amerika Serikat mengatakan pada hari Minggu bahwa data perekam belum dikonfirmasi dan penyelidikan masih dalam tahap awal. Amerika Serikat juga mengatakan Federal Aviation Administration (FAA) dan National Safety Safety Board (NTSB) akan memberikan bantuan dalam menganalisis data yang dipulihkan dari kotak hitam.

Itu adalah kecelakaan kedua dari model Boeing 737 Max yang sama dalam waktu kurang dari lima bulan. Sebuah jet Lion Air jatuh di Indonesia tahun lalu pada 29 Oktober, menewaskan 189 orang.

Mengingat kecelakaan itu, semua negara yang memiliki model Boeing 737 Max memberlakukan larangan penerbangan. Amerika Serikat telah mengandangkan semua 737 Max 8 dan 9 pada Rabu lalu di tengah tekanan yang meningkat.

Video/Narasi: China Central Television (CCTV)/Reuters
Editor: Ngarto Februana