Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Nilai Toleransi Dari Bukit Kasih

Videografer

Editor

Selasa, 15 November 2016 09:30 WIB

Iklan
TEMPO.CO, Sulawesu Utara: Bukit Kasih di Desa Kanonang Dua, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara ini dikenal sebagai simbol toleransi beragama. Bukit dengan dua ribu anak tangga itu ramai dikunjungi setiap akhir pekan, masa liburan, dan hari raya keagamaan. Di lereng bukit didirikan tugu salib kecil, dibangun jalan, dan undakan mengitari kawah belerang menuju puncak. Bukit Kasih awalnya hanya tempat berdoa.Menurut Kepala Desa Kononang Dua, Welly R. I. Rawis, Bukit Kasih dibangun sebagai simbol perdamaian setelah kerusuhan di Poso. Setelah kerusuhan dan konflik sektarian sempat melanda sejumlah daerah, mulai dari Poso, Sulawesi Tengah, hingga Ambon, Maluku, banyak orang dari wilayah konflik mengungsi ke tempat kerabatnya di sejumlah kota di Sulawesi Utara, termasuk ke ke Manado dan juga Kanonang.Pemerintah Sulawesi Utara di bawah pimpinan Gubernur AJ Sondakh, para tokoh masyarakat dan agama sepakat untuk membangun Bukit Kasih sebagai simbol perdamaian dan toleransi beragama.Pada tahun 2002, dimulailah pembangunan masjid, vihara, kuil, dan gereja, berdampingan menghadap ke lembah. Tahun ini sedang dibangun rumah ibadah untuk penganut Konghucu.Bukit Kasih memperkuat tradisi toleransi di Kanonang yang mayoritas penghuninya beragama kristen. Warga Kanonang tak melupakan hak para penganut agama lain dengan turut merawat dan menjaga Bukit Kasih.Reporter: Gabriel Wahyu TitiyogaVideografer: Imam SukamtoEditor/Narator: Ryan Maulana